Yield Farming: Cara Kerja, Risiko, dan Cara Menghitungnya
icon search
icon search

Top Performers

Yield Farming: Cara Kerja, Risiko, dan Cara Menghitungnya

Home / Artikel & Tutorial / judul_artikel

Yield Farming: Cara Kerja, Risiko, dan Cara Menghitungnya

Yield Farming: Cara Kerja, Risiko, dan Cara Menghitungnya

Daftar Isi

Yield farming pada dasarnya bisa dijadikan sebagai pilihan atau opsi agar aset kripto milikmu kian bernilai sekalipun harganya tengah turun.

Adapun aktivitas yang satu ini dapat dilakukan di sejumlah platform blockchain dengan memakai smart contract.

Cara kerjanya sendiri hampir mirip dengan meminjam uang dalam sistem bank konvensional.

Nah, buat kamu mau tahu lebih jauh soal aktivitas yang satu ini, simak yuk ulasannya di bawah ini!

Apa Itu Yield?

Selain return, Yield juga menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan para investor untuk mengambil keputusan.

Yield adalah ukuran yang biasa digunakan oleh para investor untuk menghitung pengembalian aset investasi dalam kurun waktu tertentu.

Tingginya nilai yield bisa menjadi indikator akan tingginya keuntungan yang akan diperoleh oleh para investor.

Namun perlu diketahui bahwa nilai yield yang tinggi tidak selalu menguntungkan, misalnya saja tingginya nilai yield dari jatuhnya harga saham.

Apa Itu Yield Farming?

Yield adalah suatu kegiatan yang memungkinkan pengguna untuk menabung aset kripto mereka dan juga meminjamkannya kepada pengguna lainnya dalam rangka memperoleh imbal hasil berupa aset kripto.

Seperti disinggung tadi, kegiatan ini hampir sama dengan aktivitas menabung pada umumnya, yakni pengguna hanya perlu menyimpan tabungannya di dompet digital lalu nantinya akan menerima “bunga”.

Akan tetapi, terkait aktivitas ini, nantinya kamu akan menyimpan aset kripto itu di platform DeFi yang berbasis liquidity pool, yakni smart contract yang berisi beberapa aset kripto

Di sini, kamu akan bertindak seperti sedang menyewakannya kepada pihak yang tengah membutuhkan aset kripto milik kamu tadi.

Nah, sebagai imbalannya, nantinya kamu akan memperoleh yield atau imbal hasil jika misi smart contract itu terpenuhi.

Apabila misi smart contract itu terpenuhi nantinya maka aset kripto itu akan kembali lagi ke dompet aset kripto kamu.

Biasanya, yield farming pada ekosistem DEFI ini dilakukan dengan memakai token ERC20 di jaringan Ethereum.

Nantinya, bunga yang akan diperoleh si pemberi pinjaman juga akan berbentuk token ERC20.

Cara Kerja Yield Farming

Lain dengan sistem yang ada di crypto exchange, yield farming akan memakai model Automated Market Maker (AMM) dan melibatkan LPs serta Liquidity Pools.

Adapun cara kerjanya, LPs nantinya akan berperan sebagai pemilik aset kripto yang menyimpan dananya di Liquidity Pools.

Dalam hal ini, Liquidity Pools bertindak sebagai tempat/pasar saat pengguna hendak meminjamkan asetnya, meminjamnya kepada pengguna lain, atau hanya untuk menukarkan aset itu ke token ERC-20. 

Nantinya, pengguna platform/peminjam aset akan dikenai biaya tertentu, yang akan dibayarkan kepada penyedia likuiditas sesuai dengan bagian yang diberikan kepada Liquidity Pools.

Cara lainnya bagi Liquidity Pools untuk memperoleh perputaran dana, yakni dengan distribusi token baru yang masuk ke protokol.

Makin banyak token yang masuk, Liquidity Pools juga akan semakin kaya—tentunya juga akan menguntungkan semua pihak.

Perlu diketahui, setiap protokol yang menerapkan yield farming akan mempunyai aturan distribusi yang berbeda-beda.

Akan tetapi, pada dasarnya penyedia likuiditas tetap akan memperoleh return dari aset yang dipinjamkannya di Liquidity Pools.

Dana itu pun lazimnya disimpan dalam bentuk stablecoin yang dipatok dengan USD, misalnya DAI, USDT, USDC, BUSD, dan yang lainnya.

Umumnya, sejumlah protokol akan mencetak tokennya sendiri, yang nantinya akan disimpan dalam sistem. Hal itu tampak dalam protokol Compound yang punya token berupa COMP. 

Misalkan kamu punya ETH dan memasukkannya ke protokol Compound. Lantas, ETH itu akan menjadi cETH yang dipatok dengan USD.

Koin lainnya, misalnya DAI, juga akan mengalami proses yang sama dan akan menjadi cDAI.

Apalagi, koin-koin itu bisa berpindah protokol dan tentu saja akan mencetak koin baru yang akan mewakili koin tadi.

Jenis jenis Yield dan Cara Menghitungnya

Terdapat beberapa jenis yield yang perlu diketahui oleh para investor dan trader, diantaranya adalah sebagai berikut :

1.Current Yield

Current yield adalah jenis imbal hasil yang digunakan untuk instrumen obligasi. Current yield adalah perbandingan antara kupon bunga dengan harga obligasi saat ini.

2.Yield to Maturity

Yield to maturity merupakan tingkat pengembalian investasi sesuai dengan jatuh tempo. Cara menghitungnya adalah dengan menyamakan harga obligasi saat ini dengan seluruh tingkat pengembalian di masa depan.

3.Yield Dividend

Yield dividend hasil persentase dari nilai bagi hasil yang diberikan dan harga saham. Perhitungan yield dividend bisa didapatkan dengan membagi dividen dengan harga saham saat ini.

Apa Saja Keuntungan dari Penambangan Likuiditas?

Lantas, apa saja sih keuntungan dari yield farming?

Manfaatnya yang pasti terasa adalah untuk meraih keuntungan. Nantinya, jika token yang diperoleh itu dijual atau dipakai lagi untuk trading pada waktu yang tepat maka pengguna dapat kembali memperoleh keuntungan. 

Dengan terjadinya perkembangan dan ruang bertumbuh dari teknologi DeFi, platform, dan juga Decentralized Applications (dApps), hal itu juga akan mendukung kemampuan smart contract dengan berpindah protokol.

Nah, kalau hal itu sudah bisa diwujudkan nantinya maka pengguna platform sebagai pemberi pinjaman akan bisa memindahkan kepemilikan kripto-nya ke sejumlah protokol lainnya untuk meraih cuan yang lebih tinggi lagi. 

Di samping keuntungan yang diperoleh sang pemberi pinjaman, aktivitas ini pun bisa memberikan keuntungan kepada platform sebab akan semakin banyak modal yang masuk ke protokol mereka.

Risiko yang Ada pada Penambangan Likuiditas

Berbicara soal risikonya, yield farming ini pun sejatinya direkomendasikan bagi para pengguna kripto tingkat lanjut. Hal itu karena strategi serta kompleksitas di dalam protokol itu sendiri.

Apalagi, biasanya aktivitas yang satu ini dilakukan oleh pihak yang memang punya modal banyak/investor dengan kepemilikan aset kripto yang banyak, misalnya Whales.

Di samping itu, risiko lainnya ada pada smart contract-nya. Pasalnya, ada banyak pengembang proyek DeFi yang dibangun oleh tim kecil dengan anggaran minim sehingga dinilai bisa meningkatkan risiko bug pada pemrograman smart contract itu. 

Adapun bug ini akan ditemukan saat dilakukan pengecekan oleh perusahan audit, ditambah protokol telah berjalan. Tentunya, hal itu akan membuat dana pengguna yang sudah terkunci dalam protokol menjadi rentan untuk menghilang.

Kamu dapat membaca artikel terkait tentang informasi lebih lengkap mengenai DEFI yang berhubungan dengan yield farming, manfaat serta contoh kegunaanya di Indodax Adademy.

Apakah artikel ini membantu?

Beri nilai untuk artikel ini

You already voted!
Artikel Terkait

Temukan lebih banyak artikel berdasarkan topik yang diminati.

Mengenal Lebih Dekat MIR4 NFT: Aset Digital Unik dalam Dunia MMORPG
30/08/2023
Mengenal Lebih Dekat MIR4 NFT: Aset Digital Unik dalam Dunia MMORPG

Jelajahi dunia MIR4 NFT dalam MMORPG. Pelajari tentang aset digital unik, perdagangan, dan dampaknya pada pengalaman bermain

30/08/2023
Memahami Konsep Asset Under Management (AUM) dalam Investasi
29/08/2023
Memahami Konsep Asset Under Management (AUM) dalam Investasi

Telusuri peran penting AUM dalam mengukur pertumbuhan pasar dan tingkat kepercayaan investor di dunia aset kripto yang dinamis selengkapnya di Indodax Academy

29/08/2023
Merit Circle (MC) Kini Hadir di INDODAX!

Menyambut bulan Agustus, aset kripto (MC) coin akan hadir di INDODAX. Jadi jangan lewatkan kesempatan ini dan temukan informasi selengkapnya di sini!